Mengapa Keluarga Miskin Cenderung Memiliki Banyak Anak? Apa Dampaknya?
Masyarakat Indonesia kebanyakan meyakini bahwa "banyak anak banyak rezeki".
Padahal rezeki ga melulu didapat dari banyaknya anak kan? Saya bingung kenapa masih banyak yang percaya akan statement diatas, bukanya saya ga percaya kepada Allah yang ngasih rezeki, tapi ya percuma kalo banyak anak tapi ga usaha.
Apalagi keluarga yang memiliki banyak anak itu adalah keluarga yang ga produktif, banyak dampak negatif yang ditimbulkan selain faktor ekonomi & kesehatan.
Terus apa ada dampak positifnya dari memiliki banyak anak ? Saya gatau.
Bukan tanpa alasan kenapa orang miskin cenderung memiliki banyak anak walaupun mereka sadar bahwa mereka miskin dan ga sanggup membesarkan anak-anaknya secara layak. Ada beberapa spekulasi dan alasan yang saya perhatikan, diantaranya :
1. SEKS SEBAGAI SARANA HIBURAN
Satu-satunya hiburan yang tersedia bagi mereka hanyalah berhubungan seksual. Kenapa? Karena kebutuhan yang satu ini sangat mudah dilaksanakan gaperlu modal/keluar duit banyak. Gaperlu memakan waktu lama, & bisa dilakukan berkali-kali.
2. PADA GAMAU PAKE ALAT KONTRASEPSI
Karena seks satu-satunya hiburan yang "gratis" bagi mereka, kemauan memakai alat kontrasepsi – apapun bentuknya – dianggap sebagai hambatan kenikmatan berhubungan seks. Katanya, alat kontrasepsi dinilai sebagai perusak satu-satunya kenikmatan dan hiburan yang tersedia untuk mereka.
3. KURANGNYA KESIBUKAN
Mereka yang seharian aktif bekerja biasanya akan mengurangi frekuensinya untuk berhubungan seks, karena capek & memilih untuk beristirahat aja. Tapi bagaimana kalo nganggur dan kerjanya serabutan? Daripada gabut gajelas mereka cari "hiburan" lagi dengan berhubungan intim.
4. PEMERINTAH YANG TERLALU MEMANJAKAN.
Ada kalanya pemerintah ga ngerti apa yang dibutuhkan "masyarakat" sehingga mengambil langkah instan dalam menuntaskan kemiskinan. Salah satu contohnya adalah dengan memberi bantuan tunai langsung ke warga miskin. Pratik demokrasi one man-one vote turut memperburuk hal ini. Nantinya masyarakat yang sering dapet "subsidi" gaada mikir mikirnya.
5. HUKUM YANG LEMAH
Orang tua miskin, yang ga bermoral, dan ga bertanggung jawab, berpikir keberadaan anak-anaknya berarti makin ringannya beban ekonomi yang harus mereka pikul (banyak anak banyak rezeki momen). Kata mereka, anak-anak bisa diberdayakan semenjak balita walaupun buat diajak mengemis, sementara anak yang lain yang lebih dewasa bisa melakukan pekerjaan yang lebih kasar namun menghasilkan.
Praktik semacam ini bukanlah hal yang asing di Indonesia. Ga hanya di perkotaan, di pedesaan dan kota kecil juga ada. Yang kaya gini semakin marak dan makin buruk karena ga adanya sanksi yang tegas dari pemerintah terhadap praktik nista kaya gini.
Lebih buruk lagi, ga ada hukum yang tegas bagi ayah dan ibu yang mengkomersilkan anak-anaknya. Bisa jadi, ini dibiarkan pemerintah karena mereka ga mau bertanggung jawab menanggung anak-anak dari pasangan miskin ini.
_________
Adalagi nih dampak kemiskinan yang mungkin bisa menimbulkan keresahan di masyarakat & juga menjadi beban bagi pemerintah & perekonomian. Antara lain:
1. MEMICU TINDAK KRIMINAL.
Karena keterbatasan ekonomi, masyarakat miskin ( ga semua ) akan cenderung menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Termasuk melakukan tindak kejahatan seperti merampok, mencuri, melakukan penipuan, begal, hingga pembunuhan. Sebenernya orang kaya juga banyak, contohnya, koruptor, yang kaya aja bisa maling yakan, apalagi yang susah hehe.
2. DEPRESI.
depresi yang (umumnya) terjadi kalo lu terlahir dari keluarga miskin dan harus hidup dengan kenyataan pahit itu berlangsungnya bisa selama bertahun-tahun. Pastinya juga jenis depresi yang lu alami akan jauh lebih berat dan berkepanjangan. Bahkan, banyak juga yang berujung pada timbulnya keinginan untuk bunuh diri.
Mau berobat ke psikiater/Psikolog gaada duit, kalo berobat ga makan.
3. MENIMBULKAN KONFLIK
Individu yang lagi mengalami depresi ( apalagi dibarengi gaada duit ) cenderung mudah marah dan tersinggung. kecenderungan sifat ini yang kemudian seringkali mengakibatkan timbulnya konflik di masyarakat. Contohnya seperti perceraian (alasan ekonomi sering menyebabkan orang bercerai), perseteruan yang terjadi antar tetangga, hutang & penghutang, dsb.
4. NAMBAHIN PENGANGGURAN.
ketika lu hidup dalam keadaan yang serba kekurangan, lu cenderung ga dapet akses untuk sejumlah kebutuhan pokok lu. Terutama dalam hal pendidikan. Alhasil, banyak mereka yang miskin terpaksa harus putus sekolah bahkan ada yang tidak pernah sekolah sama sekali.
Kalo keadaannya kaya gitu, ya sulit bagi orang-orang ini untuk bersaing di dunia usaha maupun dunia kerja karena kurangnya pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki.
Jadi, mau ga mau, bukannya lepas dari pengangguran dan kemiskinan, mayoritas masyarakat miskin justru lebih berperan dalam mendorong peningkatan angka pengangguran yang terjadi.
5. MENYEBABKAN MAL-NUTRISI/ GIZI BURUK.
Anak-anak yang lahir dari keluarga miskin sangatlah mungkin mengalami mal-nutrsi hingga gizi buruk. Ga memadainya penghasilan orangtua, mereka, anak- anak yang dibesarkan & dirawat juga jadinya dengan asupan nutrisi yang seadanya saja.
Pola asuhan anak yang kaya gini pada akhirnya bisa menuntun anak-anak tumbuh dan berkembang kurang optimal. dari segi fisik, mental, sampai intelektual. Ga jarang ada anak yang meninggal karena kekurangan gizi.
6. ANAK TERLANTAR.
Banyak anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka yang ga bertanggung jawab, entah karena perceraian, kemiskinan sehingga anaknya dibuang begitu saja, ga jarang juga anak yang ditelantarkan itu korban kebodohan orang tua mereka (hamil duluan).
Ayahnya belum bekerja dan belum mampu menafkahi anak, ibunya malu karena si ayah gamau tanggung jawab. Akhirnya banyak anak yang ditelantarkan sejak bayi, bahkan lebih nekat lagi sampai dibunuh/dibuang ketempat yang ga layak.
7. TERBENTUKNYA POLA PIKIR PESIMISTIS.
Terbentuknya pola pikir yang pesimis pada masyarakat miskin. Mereka yang kesehariannya hidup serba kekurangan pastinya lama kelamaan akan percaya bahwa dirinya ga bisa berkembang lebih jauh lagi. Ga mungkin keluar dari jerat kemiskinan dan sukses seperti kehidupan keluarga/beberapa teman mereka yang kaya.
Coba deh kalo lu berbincang dengan orang yang kurang mampu, perhatiin setiap kata atau kalimat yang keluar dari mulut mereka. Biasanya apa yang mereka ucapkan selalu bernada pesimistis dan pasrah.
Nah kalo tadi dampak kemiskinan. Sekarang ada juga dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan kalo kalian banyak anak, diantaranya:
1. Risiko placenta previa dan plasenta akreta meningkat. Placenta previa adalah kelainan letak plasenta yang seharusnya di atas rahim malah di bawah, sehingga menutupi jalan lahir.
2. Meningkatnya intervensi dalam persalinan seperti pemasangan infus atau induksi (rangsangan) agar tanda persalinan muncul. Induksi bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan atau memecahkan kantung ketuban.
3. Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko kecacatan janin, komplikasi pada ibu (preeklampsia atau diabetes gestasional).
4. Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari kehamilan sebelumnya bisa menyebabkan masalah pada plasenta bayi.
Apalagi keluarga yang memiliki banyak anak itu adalah keluarga yang ga produktif, banyak dampak negatif yang ditimbulkan selain faktor ekonomi & kesehatan.
Terus apa ada dampak positifnya dari memiliki banyak anak ? Saya gatau.
Bukan tanpa alasan kenapa orang miskin cenderung memiliki banyak anak walaupun mereka sadar bahwa mereka miskin dan ga sanggup membesarkan anak-anaknya secara layak. Ada beberapa spekulasi dan alasan yang saya perhatikan, diantaranya :
1. SEKS SEBAGAI SARANA HIBURAN
Satu-satunya hiburan yang tersedia bagi mereka hanyalah berhubungan seksual. Kenapa? Karena kebutuhan yang satu ini sangat mudah dilaksanakan gaperlu modal/keluar duit banyak. Gaperlu memakan waktu lama, & bisa dilakukan berkali-kali.
2. PADA GAMAU PAKE ALAT KONTRASEPSI
Karena seks satu-satunya hiburan yang "gratis" bagi mereka, kemauan memakai alat kontrasepsi – apapun bentuknya – dianggap sebagai hambatan kenikmatan berhubungan seks. Katanya, alat kontrasepsi dinilai sebagai perusak satu-satunya kenikmatan dan hiburan yang tersedia untuk mereka.
3. KURANGNYA KESIBUKAN
Mereka yang seharian aktif bekerja biasanya akan mengurangi frekuensinya untuk berhubungan seks, karena capek & memilih untuk beristirahat aja. Tapi bagaimana kalo nganggur dan kerjanya serabutan? Daripada gabut gajelas mereka cari "hiburan" lagi dengan berhubungan intim.
4. PEMERINTAH YANG TERLALU MEMANJAKAN.
Ada kalanya pemerintah ga ngerti apa yang dibutuhkan "masyarakat" sehingga mengambil langkah instan dalam menuntaskan kemiskinan. Salah satu contohnya adalah dengan memberi bantuan tunai langsung ke warga miskin. Pratik demokrasi one man-one vote turut memperburuk hal ini. Nantinya masyarakat yang sering dapet "subsidi" gaada mikir mikirnya.
5. HUKUM YANG LEMAH
Orang tua miskin, yang ga bermoral, dan ga bertanggung jawab, berpikir keberadaan anak-anaknya berarti makin ringannya beban ekonomi yang harus mereka pikul (banyak anak banyak rezeki momen). Kata mereka, anak-anak bisa diberdayakan semenjak balita walaupun buat diajak mengemis, sementara anak yang lain yang lebih dewasa bisa melakukan pekerjaan yang lebih kasar namun menghasilkan.
Praktik semacam ini bukanlah hal yang asing di Indonesia. Ga hanya di perkotaan, di pedesaan dan kota kecil juga ada. Yang kaya gini semakin marak dan makin buruk karena ga adanya sanksi yang tegas dari pemerintah terhadap praktik nista kaya gini.
Lebih buruk lagi, ga ada hukum yang tegas bagi ayah dan ibu yang mengkomersilkan anak-anaknya. Bisa jadi, ini dibiarkan pemerintah karena mereka ga mau bertanggung jawab menanggung anak-anak dari pasangan miskin ini.
_________
Adalagi nih dampak kemiskinan yang mungkin bisa menimbulkan keresahan di masyarakat & juga menjadi beban bagi pemerintah & perekonomian. Antara lain:
1. MEMICU TINDAK KRIMINAL.
Karena keterbatasan ekonomi, masyarakat miskin ( ga semua ) akan cenderung menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Termasuk melakukan tindak kejahatan seperti merampok, mencuri, melakukan penipuan, begal, hingga pembunuhan. Sebenernya orang kaya juga banyak, contohnya, koruptor, yang kaya aja bisa maling yakan, apalagi yang susah hehe.
2. DEPRESI.
depresi yang (umumnya) terjadi kalo lu terlahir dari keluarga miskin dan harus hidup dengan kenyataan pahit itu berlangsungnya bisa selama bertahun-tahun. Pastinya juga jenis depresi yang lu alami akan jauh lebih berat dan berkepanjangan. Bahkan, banyak juga yang berujung pada timbulnya keinginan untuk bunuh diri.
Mau berobat ke psikiater/Psikolog gaada duit, kalo berobat ga makan.
3. MENIMBULKAN KONFLIK
Individu yang lagi mengalami depresi ( apalagi dibarengi gaada duit ) cenderung mudah marah dan tersinggung. kecenderungan sifat ini yang kemudian seringkali mengakibatkan timbulnya konflik di masyarakat. Contohnya seperti perceraian (alasan ekonomi sering menyebabkan orang bercerai), perseteruan yang terjadi antar tetangga, hutang & penghutang, dsb.
4. NAMBAHIN PENGANGGURAN.
ketika lu hidup dalam keadaan yang serba kekurangan, lu cenderung ga dapet akses untuk sejumlah kebutuhan pokok lu. Terutama dalam hal pendidikan. Alhasil, banyak mereka yang miskin terpaksa harus putus sekolah bahkan ada yang tidak pernah sekolah sama sekali.
Kalo keadaannya kaya gitu, ya sulit bagi orang-orang ini untuk bersaing di dunia usaha maupun dunia kerja karena kurangnya pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki.
Jadi, mau ga mau, bukannya lepas dari pengangguran dan kemiskinan, mayoritas masyarakat miskin justru lebih berperan dalam mendorong peningkatan angka pengangguran yang terjadi.
5. MENYEBABKAN MAL-NUTRISI/ GIZI BURUK.
Anak-anak yang lahir dari keluarga miskin sangatlah mungkin mengalami mal-nutrsi hingga gizi buruk. Ga memadainya penghasilan orangtua, mereka, anak- anak yang dibesarkan & dirawat juga jadinya dengan asupan nutrisi yang seadanya saja.
Pola asuhan anak yang kaya gini pada akhirnya bisa menuntun anak-anak tumbuh dan berkembang kurang optimal. dari segi fisik, mental, sampai intelektual. Ga jarang ada anak yang meninggal karena kekurangan gizi.
6. ANAK TERLANTAR.
Banyak anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka yang ga bertanggung jawab, entah karena perceraian, kemiskinan sehingga anaknya dibuang begitu saja, ga jarang juga anak yang ditelantarkan itu korban kebodohan orang tua mereka (hamil duluan).
Ayahnya belum bekerja dan belum mampu menafkahi anak, ibunya malu karena si ayah gamau tanggung jawab. Akhirnya banyak anak yang ditelantarkan sejak bayi, bahkan lebih nekat lagi sampai dibunuh/dibuang ketempat yang ga layak.
7. TERBENTUKNYA POLA PIKIR PESIMISTIS.
Terbentuknya pola pikir yang pesimis pada masyarakat miskin. Mereka yang kesehariannya hidup serba kekurangan pastinya lama kelamaan akan percaya bahwa dirinya ga bisa berkembang lebih jauh lagi. Ga mungkin keluar dari jerat kemiskinan dan sukses seperti kehidupan keluarga/beberapa teman mereka yang kaya.
Coba deh kalo lu berbincang dengan orang yang kurang mampu, perhatiin setiap kata atau kalimat yang keluar dari mulut mereka. Biasanya apa yang mereka ucapkan selalu bernada pesimistis dan pasrah.
Nah kalo tadi dampak kemiskinan. Sekarang ada juga dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan kalo kalian banyak anak, diantaranya:
1. Risiko placenta previa dan plasenta akreta meningkat. Placenta previa adalah kelainan letak plasenta yang seharusnya di atas rahim malah di bawah, sehingga menutupi jalan lahir.
2. Meningkatnya intervensi dalam persalinan seperti pemasangan infus atau induksi (rangsangan) agar tanda persalinan muncul. Induksi bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan atau memecahkan kantung ketuban.
3. Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko kecacatan janin, komplikasi pada ibu (preeklampsia atau diabetes gestasional).
4. Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari kehamilan sebelumnya bisa menyebabkan masalah pada plasenta bayi.
Coba kalian renungkan, kalo kalian miskin terus banyak anak, dampaknya kek gimana? Dashyat kan?
Nah segitu saja ! Semoga postingan saya kali ini bisa bermanfaat ya, agar kelak nanti kalian berkeluarga, bisa membina keluarga kalian dengan baik.
_______
Referensi :
https://wwwgooglecom/amp/s/ampkompascom/lifestyle/read/2011/11/15/07515777/risikomelahirkanterlalusering
Beberapa jurnal dari : Ida Ayu Gede Dyastari Saskara, Siti Nurhayati, Fajriawati, Ninik Handayani, Pande Putu Erwin Adiana.
Penulis: Andra Nathan